Perayaan
Misteri Iman
Oleh : Fr. Bernardus
Dimas Indragraha
Pada Kamis Putih,
17 April 2003, Bapa Paus Yohanes Paulus II mengeluarkan ensiklik Ecclesia de Eucharistia (Gereja Hidup
dari Ekaristi). Ensiklik ini ditujukan kepada Para Uskup, Imam dan Diakon,
Penyandang Hidup Bakti, Pria dan Perempuan, dan Segenap Para Beriman..
Paus
Yohanes Paulus II menulis ensiklik ini untuk menyikapi berbagai keredupan yang
terjadi di banyak bagian Gereja mengenai Ekaristi. Keredupan itu antara lain
praktek adorasi ekaristi yang hampir terlupakan, penyalahgunaan dan pemiskinan
akan makna Ekaristi, penyempitan hakikat sakramental Ekaristi ke soal daya
gunanya dalam pewartaan hingga mengabaikan prinsip-prinsip ajaran Katolik, dan
aneka praktek Perayaan ekaristi yang berbeda dari disiplin iman Gereja.
Beberapa
poin penting yang dibahas mengenai Ekaristi dalam ensiklik ini adalah mengenai Ekaristi
sebagai perayaanMisteri Iman, Ekaristi Membangun Gereja, Sifat Apostolik
Ekaristi dan Gereja, Persekutuan Gerejani, dan Bunda Maria “Wanita Ekaristi“.
Tulisan ini akan membahas pemikiran Yohanes Paulus II mengenai Ekaristi sebagai
perayaan Misteri Iman berdasarkan atas Ensiklik Ecclesia de Eucharistia.
Misteri Iman
Bapa Suci memandang Ekaristi sebagai
suatu pemberian unggulan dari Allah Bapa kepada umat manusia (EdE 11). Hal ini berarti bahwa Ekaristi merupakan
pemberian yang lebih berharga dari berbagai pemberian atau karunia lainnya
sebab Ekaristi merupakan penyerahan diri, pribadi-Nya sendiri dari
kemanusiaan-Nya yang suci demi keselamatan manusia. Dengan demikian, Ekaristi
menjadi peringatan sekaligus penghadiran kembali peristiwa sengsara, wafat, dan
kebangkitan Yesus.
Waktu
Gereja merayakan Ekaristi terwujudlah peristiwa penyelamatan kita lewat Kurban
Kristus. Lewat Ekaristi, kita dimungkinkan untuk ambil bagian dalam kurban
tersebut. Dengan mengambil bagian dalam kurban itu, kita mempersembahkan dir
mereka sendiri di dalam Kurban Ilahi kepada Bapa. Dengan demikian, umat beriman
memperoleh buah dari kurban yang tak kunjung kering. Inilah iman yang dihayati
oleh seluruh generasi Kristen sepanjang abad (EdE 13).
Selanjutnya, Bapa Suci
menegaskan kembali beberapa ajaran iman Gereja tentang Ekaristi. Bapa Suci
menegaskan bahwa dalam Ekaristi terjadi penghadiran secara real dalam Ekaristi,
yaitu kehadiran Kristus, Allah-Manusia, secara penuh. Kehadiran tersebut
terwujud dalam rupa roti dan anggur yang sudah dikonsekrasi atau yang dikenal
dengan istilah transubstansiasi. Hal ini sungguh sulit untuk dipahami secara
nalar manusia, oleh karena itu Bapa Suci menekankan bahwa Ekaristi adalah
misteri iman, misteri yang mengatasi pemahaman manusia dan hanya dapat diterima
oleh iman(EdE 14).
Paus juga mengutip pandangan St. Sirillus
dari Yerusalem mengenai perubahan roti dan anggur ini, “Dalam roti dan anggur,
janganlah hanya melihat unsur alamiah, sebab Tuhan telah tegas mengatakan bahwa
itu adalah tubuh dan darah-Nya: iman memastikan bagimu, kendati indera menunjuk
kepada yang lain.” Berbagai upaya untuk memahami perubahan substansi ini dilakukan
oleh para teolog, namun Bapa
Suci mengakui bahwa masih ada
jarak yang tidak bisa dipahami dan hal itu sekali lagi merupakan misteri iman (EdE 14).
Kurban Ekaristi
ini barulah dapat menyelamatkan umat manusia apabila kita mau menyambut tubuh
dan darah Tuhan dalam komuni. Dengan memakan Tubuh dan meminum Darah-Nya, kita mengalami
kesatuan batin dengan Kristus. Seperti
Sabda-Nya, “Barangsiapa makan
Tubuh-Ku akan hidup dalam Aku” (Yoh 6:57).
Hal ini menunjukkan bahwa Ekaristi adalah sungguh-sungguh perjamuan dan Kristus
mempersembahkan diri-Nya sebagai santapan kita.
Dalam Ekaristi,
Yesus Kristus juga mencurahkan Roh-Nya. Kita
yang menerima Tubuh dan Darah-Nya tidak hanya dipersatukan dengan Kristus saja
tetapi juga menerima karunia roh, sesuai dengan Doa dalam Misale Romawi, “Berilah agar kami yang menerima santapan tubuh dan
darah-Nya dipenuhi dengan Roh-Nya sehingga menjadi satu tubuh dan satu roh
dalam Kristus.”
Pada akhirnya, kita
juga dipersatukan oleh persekutuan Gereja Surgawi
(Bunda Maria dan Para Kudus) dan menjadi bagian
dari kawanan besar (EdE
18), yang berseru: “Pujian
bagi Tuhan kita yang duduk di atas takhta dan bagi Anakdomba!” (Why 7:10). Ekaristi sejatinya merupakan
gambaran sekilas surga yang nampak di bumi. Ekaristi merupakan sinar Yerusalem
surgawi yang menembus awan sejarah kita dan menerangi perjalanan kita. Dengan
demikian, Ekaristi mendampingi perjalanan hidup manusia selama-lamanya.
Namun, bukan berarti kita tidak ikut
ambil bagian dalam dinamika kehidupan di dunia. Sri Paus sangat menekankan pentingnya peran
serta kita dalam kehidupan dunia, terutama dalam menciptakan perdamaian dan
solidaritas yang tangguh, membela hidup manusia, dan membantu mereka yang
lemah, miskin, dan tidak berdaya. Tugas umat Kristen
adalah memberikan kontribusi dalam cahaya Injil untuk membangun dunia yang
lebih humanis, suatu dunia yang secara penuh berharmoni dengan rencana Allah (EdE 20)
Merayakan Misteri Iman Bersama
Maria
Bagi Yohanes
Paulus II,
Maria adalah “Wanita Ekaristi” karena
dia telah mempersembahkan rahim perawannya kepada Penjelmaan Sabda Allah. Maria adalah orang yang membantu kita untuk memahami
misteri iman yang begitu hebat ini karena Maria
telah terlebih dahulu menerima YEsus dalam dirinya. Kitapun pada saat ini
menerima Yesus juga melalui perayaan Ekaristi. Untuk itu, Maria
menjadi teladan yang tepat bagi umat beriman dalam Merayakan Misteri Iman.
Dalam ensiklik ini, Paus Yohanes
Paulus II
menceritakan pengalamannya ketika memimpin perayaan Ekaristi pertama kalinya,
pada Tanggal 2 November 1946 di Krakow (EdE 59). Paus begitu
terpukau oleh permenungan atas hosti dan piala. Bagi beliau, pada saat itu
waktu dan ruang seolah “melebur” dan drama Golgota dihadirkan hidup-hidup.
Sejak pengalaman itu, Beliau mampu untuk mengenal kembali roti dan anggur yang
terkonsekrasi dalam diri Yesus, sang Pelintas dalam perjalanan ke Emaus, yang
bergabung dan membuka mata dan hati mereka untuk mengobarkan semangat mereka
dalam pengharapan baru (Luk 24:13-35).
Misteri iman yang dirayakan dalam Perayaan
Ekaristi menjadi kekuatan bagi Gereja, dalam menempuh perjalanan hidup
kristiani. Kehadiran kembali Kristus dalam perayaan Ekaristi menjadi tanda
bahwa Yesus senantiasa terlibat dalam perjalanan sejarah manusia. Hanya saja,
misteri iman ini masih belum dihayati dan dialami sepenuhnya sehingga manusia
masih jatuh dalam penyempitan makna akan Ekaristi. Untuk itulah, pada akhir
ensiklik, Sri Paus
mengajak umat beriman untuk mau meneladani Maria
yang tersuci, tempat misteri Ekaristi menampakkan diri sebagai misteri terang (EdE 62).
1 komentar:
Situs katolik
Posting Komentar