PENGALAMAN AKAN ALLAH BERSAMA UMAT CILINCING
Oleh: Fr.Vincentius Budi Nahiba
Tak
terasa hampir sembilan bulan saya sudah mencicipi
pengalaman berpastoral (asistensi weekend)
di Paroki Salib Suci,Cilincing. Banyak pengalaman suka, duka, sedih, dan senang
yang saya alami selama berpastoral di sana. Saya teringat sewaktu hendak
bertugas pertama kali di Cilincing. Di tengah jalan, dalam Metromini 07 (Senen-Semper),
saya mengalami kecopetan. Seluruh uang dan berbagai surat penting hilang. Hanya
tersisa uang dua ribu perak dalam kantong celana. Dengan uang dua ribu perak
tersebut, saya melanjutkan perjalanan dengan menaiki metromini lagi ke paroki.
Begitu saya sampai di Gereja, saya menceritakan pengalaman kecopetan ini kepada
Romo Paroki, Rm. Wahyu,CM. Beliau mengucapkan
”Welcome to jungle, welcome to Salib Suci.”
Pengalaman
kecopetan itu merupakan ’inisiasi’ untuk memulai proses belajar berpastoral di
Paroki Salib Suci. Paroki ini digembalakan oleh para pastor dari Congregatio Missio (CM) yang mempunyai semangat
pelayanan dan kepedulian kepada orang miskin sesuai dengan kharisma pendiri
Tarekat Misi ini–Santo Vincentius de Paulo. Hal ini tercermin dalam visi dan
misi paroki yaitu : “Evangelizare
Pauperibu Misit Me”- Aku diutus mewartakan Kabar Baik kepada Orang Miskin (Lukas
4:18). Oleh sebab itu, Paroki Salib Suci mempunyai corak khas dalam karya
sosial yang sangat berbeda dengan paroki lain di Jakarta.
Di sana terdapat beberapa
karya sosial yang dikelola oleh paroki (Atmabrata, Magdalena Group, Lumba-lumba)
dan beberapa karya sosial lain yang dikelola oleh Tarekat biarawati (Suster
OSF, Suster Putri Kasih, dan Suster Alma). Karya-karya sosial ini berkarya untuk
melayani umat miskin, seperti pelayanan kesehatan, bimbingan belajar, orang
cacat, dan pelatihan. Pelayanan karya sosial paroki ini tidak hanya melayani
umat Katolik saja yang membutuhkan tetapi juga melayani masyarakat Cilincing
yang non-Katolik seperti kaum nelayan, pemulung, buruh, dll.
Bersentuhan dengan Paguyuban Umat Beriman
Dalam
kuliah Eklesiologi semester yang lalu, saya sering mendengar kata Paguyuban
umat Beriman. Ternyata di paroki ini Paguyuban umat beriman diejawantahkan dalam kegiatan paroki yang
dijalankan oleh umat beriman. Ketika saya memulai bertugas, umat Salib Suci
sedang mempersiapkan diri untuk merayakan Hari Ulang Tahun (HUT) Paroki Salib
Suci (PSS) yang ke-34. Berbagai pertandingan dan perlombaan diadakan dalam rangka
menyambut HUT paroki, seperti pertandingan olahraga antar wilayah (PSS CUP)
untuk orang muda Katolik, perlombaan menggambar dan mewarnai untuk anak-anak
bina iman, lomba kebersihan antar wilayah, bazaar, misa syukur, dan pesta
rakyat. Dalam pesta rakyat, setiap lingkungan membawa makanan yang kemudian dibagikan
secara bersama-sama untuk seluruh umat yang hadir. Rangkaian acara pesta syukur
ini juga merupakan acara perpisahan dengan Pastor Paroki yang lama, yaitu Rm.
Antonius Wahyuliana, CM.
Salah satu
pengalaman yang paling berkesan dalam acara HUT Paroki adalah ketika saya
ditunjuk oleh panitia menjadi Juri dalam lomba kebersihan antar wilayah
se-paroki. Saya melihat sendiri, umat setiap wilayah membawa peralatan
kebersihan, seperti sekop, sapu lidi, kemoceng, dan segala perlengkapan
kebersihan ke kompleks gereja. Baik anak-anak, remaja, dewasa, bapak-bapak,
ibu-ibu, kakek nenek berpartisipasi aktif dalam kegiatan lomba kebersihan.
Setiap wilayah berlomba-lomba membersihkan area/daerah yang sudah ditetapkan
oleh panitia. Mereka bekerja dengan penuh keceriaan dan kegembiraan. Seluruh
umat bersatu dalam membersihkan kompleks gereja, baik dari kalangan umat yang mampu
maupun yang sederhana bersatu-padu dalam wilayahnya masing-masing. Tercatat
lebih dari 500 orang terlibat aktif membersihkan gereja.
Gereja milik
bersama, itulah paguyuban umat beriman. Gereja bukan menjadi suatu hirarki
saja, seluruh umat bersama pastor berperan aktif dalam kepedulian akan Gereja.
Ini merupakan pengalaman pertama kali saya melihat begitu besar antusias partisipasi
umat paroki dalam kegiatan bersama untuk memperhatikan lingkungan Gereja. Sekarang
ini, di Jakarta, cukup sulit untuk menghimpun atau mengajak umat untuk
berpartisipasi dalam membersihkan Gereja. Pengalaman umat Cilincing yang
mempunyai sense of belonging dalam
kehidupan Gereja itu menyadarkan diri saya bahwa saya sebagai calon imam KAJ
perlu mempunyai rasa sense of belonging kepada umat beriman.
Hadiah Natal Terindah
Ada
satu pengalaman berpastoral yang sangat meneguhkan panggilan saya sebagai calon
imam KAJ yaitu ketika saya membagikan komuni suci kepada seorang ibu muda yang
sedang terbaring sakit pada Hari Natal. Awalnya ada seorang bapak muda (hanya
punya satu tangan) datang ke pastoran untuk bertemu dengan pastor paroki
setengah jam sebelum Misa Malam Natal dimulai. Bapak tersebut melaporkan kepada
romo bahwa isterinya sedang hamil tua dan sakit sehingga ia tidak bisa pergi ke
gereja selama tiga minggu belakangan ini. Bapak tersebut
memohon berkat air suci dan meminta agar dikirimkan komuni suci kepada
istrinya. Romo mengatakan bahwa dia akan mengutus prodiakon untuk membagi
komuni. Akan tetapi, prodiakon yang bertugas di wilayah Marunda Ujung tersebut
sedang berhalangan. Mendengar hal itu, saya menawarkan diri kepada romo untuk
membagikan komuni suci pada Hari Natal kepada ibu yang sedang sakit tersebut.
Keesokan harinya, pada hari Natal siang, saya mengunjungi keluarga tersebut.
Ketika saya sampai di sana, mereka menyambut saya dengan penuh sukacita. Dari pengalaman
tersebut, saya merasa Tuhan meneguhkan panggilan melalui perjumpaan dengan
keluarga yang sangat sederhana ini. Pengalaman
berkunjung pada hari Natal dan membagi komuni suci kepada ibu yang sakit
ini merupakan hadiah Natal yang terindah dari Tuhan kepada saya.
Peduli kepada orang kecil
Ketika
saya mengadakan kunjungan umat di lingkungan atau berbincang-bincang dengan
umat setelah misa, saya sering berjumpa dengan umat yang mengalami kesulitan
hidup. Ada umat yang mengeluh bahwa dia mengalami kesulitan dalam membeli susu
untuk anaknya yang sakit, ada pula yang bercerita bahwa dia mengalami kesulitan
untuk membayar uang sekolah dan uang kontrakan. Dalam hati, saya merasa sangat
kasihan dan sedih dengan penderitaan umat tersebut. Terpikir oleh saya, apa
yang bisa saya lakukan untuk mereka. Apakah saya harus menjadi seorang Sinterklas yang bisa membantu secara instan
untuk meringan hidup mereka? Hal ini menjadi pergulatan hidup saya selama
berasistensi di sana.
Dalam
pergulatan ini, saya teringat akan wejangan rohani dari Bapak Kardinal Julius
Darmaatmaja dalam retret akhir tahun
para frater. Beliau berpesan agar jika kami melihat dan bersentuhan secara
langsung dengan orang miskin di tengah jalan atau berjumpa dengan mereka, kita sebagai
calon rohaniwan harus mendoakan mereka karena Allah hadir ditengah mereka.
Dengan mendoakan mereka, kita mempunyai rasa empati dan simpati kepada orang
kecil, lemah, dan tertindas. Pengalaman bertemu dengan pergulatan umat itu saya
bawa dalam doa pribadi dan disatukan dalam korban Ekaristi yang kami rayakan
setiap hari di seminari. `Yesus hadir ditengah orang miskin` kata
Bunda Teresa.
Refleksi
Ketika saya
mendapatkan tugas perutusan untuk berasistensi di Cilincing (pinggiran Utara
Jakarta), saya sebenarnya agak kaget dan tidak mempunyai gambaran tentang
paroki ini. Walaupun, saya sendiri berasal dari paroki dekenat Jakarta Utara (dekat
daerah pusat bisnis). Saya bersyukur kepada Allah Bapa yang Mahabaik, karena selama
di sana, saya merasa Tuhan selalu membimbing dan membentuk diri saya sebagai
calon imam Keuskupan Agung Jakarta (KAJ). Sentuhan tangan Tuhan ini nyata saat
menghadapi segala realitas kemiskinan, belajar hidup komunitas bersama para
pastor CM (bersama Rm. Eko, CM dan Rm. Bani, CM serta frater Topper Fr.Wiwid, CM)
dan mengalami Kasih Allah melalui pagayuban umat beriman di paroki ini. Saya pun
diteguhkan dalam iman dan harapan lewat pengalaman kunjungan umat, pendampingan
Legio Maria yunior, serta pengajaran anak-anak bina iman.
Paroki Salib Suci
merupakan kawah candradimuka formasi
panggilan sebagai calon imam KAJ. Di sana saya mengenal kenyataan akan
’Pengalaman akan Allah’ secara nyata dalam interaksi dengan umat beriman yang
sederhana dan kecil namun mempunyai semangat untuk melayani Allah dengan tulus
hati.
1 komentar:
Salken
Posting Komentar